“Sementara anak
laki-laki itu terus mengigau dalam demamnya, menyebut-nyebut ujiannya.”
Majid
merasa tidak memahami sedikit pun apa yang ia baca. Kedua matanya menatap
huruf-huruf dan menelusuri kalimat demi kalimat bacaan itu. Namun pikirannya
sama sekali tidak menjangkau maknanya. Ia memang sedang tidak memikirkan
pelajarannya. Ia sedang memikirkan barang haram itu dan semua bencana yang
telah ditimbulkannya. Bagaimana barang haram itu telah menggerus hidupnya dan
hidup saudara perempuannya yang malang, dan menjadikannya bagai Neraka yang
menyala-nyala. Ia kembali memandang buku catatannya. Ternyata satu minggu lagi
ujian itu akan berlangsung. Dan ia harus membaca