“Mungkin engkau tak akan pernah lagi melihat
waktu fajar…tak akan pernah lagi melihat matahari terbit…tak akan pernah lagi
kembali menemui keluargamu…”
(Kisah
Pertama)
Kisah
ini dituturkan oleh seorang penjual perhiasan. Ia mengisahkan bahwa suatu hari,
masuklah ke dalam tokonya seorang pria bersama istrinya, dan di belakang mereka
ikutlah ibunya yang tua sambil membawa anak laki-laki mereka…
Istrinya
kemudian mulai memilih dan membeli emas dari toko itu. Pria itu berkata kepada
sang
penjual: “Berapa harganya?”
“Dua
puluh ribu seratus…” jawab pemilik toko.
“Dari
mana seratus itu muncul?” tanyanya.
“Ibu
Anda membeli sebuah cincin senilai 100 riyal,” jawab si penjual.
Pria
itu kemudian mengambil cincin itu dan melemparnya kembali kepada si penjual
sambil berkata: “Orang tua tidak perlu memakai emas!”
Mendengar
ucapan itu, sang wanita tua itu menangis. Ia setengah berlari kembali ke mobil.
Sementara
istrinya berkata: “Apa yang telah kau lakukan? Apa yang kau lakukan? Nanti ia
tidak mau lagi memegang anakmu?”
Na’udzubillah, seolah-olah ibu mereka
itu hanya seorang pembantu belaka…
Penjual
perhiasan itu juga menyayangkan apa yang telah ia lakukan. Maka pria itupun
pergi ke mobil dan berkata pada ibunya: “Ambillah emas yang ibu inginkan,
ambillah cincin itu jika memang ibu mau…”
Namun
sang ibu mengatakan: “Tidak, demi Allah, aku tak menginginkannya, aku tidak
menginginkannya. Demi Allah, aku sama sekali tidak menginginkan cincin itu. Aku
hanya ingin bergembira dengan hari raya seperti orang lain juga bergembira.
Tapi engkau telah menghancurkan kebahagiaanku…”
“Dan Tuhanmu telah mewajibkan agar kalian
tidak menyebah selain Dia, dan agar kalian berbuat baik kepada kedua orang
tuamu. Jika seorang dari mereka atau keduanya telah mencapai usia lanjut di
sisimu, maka janganlah kamu mengatakan: ‘Ah’ dan janganlah engkai menghardik
mereka, dan ucapkanlah perkataan yang baik untuk keduanya.” (QS.
Al-Isras’:23)
(Kisah
Kedua)
Ini
adalah seornag pendurhaka kepada Allah dan juga kepada ayahnya. Namanya
Munazil. Suatu ketika ayahnya mengunjunginya, lalu ia mengingatkannya untuk
taat kepada Allah, melakukan kebaikan dan memenuhi perintah Allah…
Namun
apakah Anda tahu apa yang ia lakukan?! Ia menampar wajah ayahnya, hingga
ayahnya pergi sambil menangis. Sang ayah berkata: “Demi Allah, aku akan pergi
menunaikan ibadah haji ke Baitullah dan mendoakan kehancuranmu di sana…”
Maka
sang ayah pun pergi menunaikan ibadah haji ke Baitullah, dan di kain penutup
Ka’bah ia bergantung dan mengangkat tangannya berdoa:
Wahai Tuhan yang kepadaNya para hujjaj yang
datang melintasi bumi
Yang jauh meupun
yang dekat
Inilah Munazil
yang tidak pernah berhenti mendurhakaiku
Maka hukumlah
putraku itu
Buatlah ia lumpuh
dengan kekuatanMu
Duhai Tuhanku,
andai putraku itu tidak pernah dilahirkan…
Dan
belum lagi, sang ayah menurunkan kedua tangannya, sang anak benar-benar telah
mengalami kelumpuhan. Ia mengalami stroke hingga kematian menjemputnya. Wal ‘iyadzu billah.
(Kisah
Ketiga)
Dan
ini adalah tentang seorang pria yang ayahnya telah berusia lanjut. Ia
membawanya dengan seekor unta ke tengah padang pasir. Lalu ayahnya bertanya
padanya: “Wahai anakku, ke mana engkau akan membawaku?”
“Aku
sudah lelah dan bosan merawatmu,” jawabnya.
“Lalu
apa yang akan kau lakukan?’ Tanya ayahnya.
“Aku
ingin menyembelihmu. Aku sudah bosan denganmu, Ayah…,” jawabnya lagi.
“Jika
engkau memang ingin melakukannya, maka lakukanlah di atas batu itu,” ujar sang
ayah.
“Memang
kenapa, wahai ayahku?”
“Karena
aku telah membunuh ayahku juga di atas batu itu. Maka bunuhlah aku di sana,
karena kelak engkau akan mendapati salah seorang anakmu akan membunuhmu di sana
pula,” jawab sang ayah.
***
Maka
takutlah pada Allah, takutlah pada Allah!
Wahai
hamba Allah, takutlah pada Allah! Kemudian periksalah apa yang telah engkau
siapkan untuk hari esok. Hari esok yang telah sangat dekat. Karena boleh jadi
ini akan menjadi malam terakhir…
Mungkin
engkau tak akan pernah lagi melihat waktu fajar…
Mungkin
engkau tak akan pernah lagi melihat matahari terbit…
Mungkin
engkau tak akan pernah lagi kembali menemui keluargamu…
Mungkin
bahkan engkau tak akan pernah menyempurnakan membaca kalimat-kalimat ini…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar