Jumat, 12 Oktober 2012

KISAH-KISAH KEDURHAKAAN


“Mungkin engkau tak akan pernah lagi melihat waktu fajar…tak akan pernah lagi melihat matahari terbit…tak akan pernah lagi kembali menemui keluargamu…”


                (Kisah Pertama)
                Kisah ini dituturkan oleh seorang penjual perhiasan. Ia mengisahkan bahwa suatu hari, masuklah ke dalam tokonya seorang pria bersama istrinya, dan di belakang mereka ikutlah ibunya yang tua sambil membawa anak laki-laki mereka…
                Istrinya kemudian mulai memilih dan membeli emas dari toko itu. Pria itu berkata kepada sang
penjual: “Berapa harganya?”
                “Dua puluh ribu seratus…” jawab pemilik toko.
                “Dari mana seratus itu muncul?” tanyanya.
                “Ibu Anda membeli sebuah cincin senilai 100 riyal,” jawab si penjual.
                Pria itu kemudian mengambil cincin itu dan melemparnya kembali kepada si penjual sambil berkata: “Orang tua tidak perlu memakai emas!”
                Mendengar ucapan itu, sang wanita tua itu menangis. Ia setengah berlari kembali ke mobil.
                Sementara istrinya berkata: “Apa yang telah kau lakukan? Apa yang kau lakukan? Nanti ia tidak mau lagi memegang anakmu?”
                Na’udzubillah, seolah-olah ibu mereka itu hanya seorang pembantu belaka…
                Penjual perhiasan itu juga menyayangkan apa yang telah ia lakukan. Maka pria itupun pergi ke mobil dan berkata pada ibunya: “Ambillah emas yang ibu inginkan, ambillah cincin itu jika memang ibu mau…”
                Namun sang ibu mengatakan: “Tidak, demi Allah, aku tak menginginkannya, aku tidak menginginkannya. Demi Allah, aku sama sekali tidak menginginkan cincin itu. Aku hanya ingin bergembira dengan hari raya seperti orang lain juga bergembira. Tapi engkau telah menghancurkan kebahagiaanku…”
                “Dan Tuhanmu telah mewajibkan agar kalian tidak menyebah selain Dia, dan agar kalian berbuat baik kepada kedua orang tuamu. Jika seorang dari mereka atau keduanya telah mencapai usia lanjut di sisimu, maka janganlah kamu mengatakan: ‘Ah’ dan janganlah engkai menghardik mereka, dan ucapkanlah perkataan yang baik untuk keduanya.” (QS. Al-Isras’:23)
                (Kisah Kedua)
                Ini adalah seornag pendurhaka kepada Allah dan juga kepada ayahnya. Namanya Munazil. Suatu ketika ayahnya mengunjunginya, lalu ia mengingatkannya untuk taat kepada Allah, melakukan kebaikan dan memenuhi perintah Allah…
                Namun apakah Anda tahu apa yang ia lakukan?! Ia menampar wajah ayahnya, hingga ayahnya pergi sambil menangis. Sang ayah berkata: “Demi Allah, aku akan pergi menunaikan ibadah haji ke Baitullah dan mendoakan kehancuranmu di sana…”
                Maka sang ayah pun pergi menunaikan ibadah haji ke Baitullah, dan di kain penutup Ka’bah ia bergantung dan mengangkat tangannya berdoa:
                Wahai Tuhan yang kepadaNya para hujjaj yang datang melintasi bumi
                Yang jauh meupun yang dekat
                Inilah Munazil yang tidak pernah berhenti mendurhakaiku
                Maka hukumlah putraku itu
                Buatlah ia lumpuh dengan kekuatanMu
                Duhai Tuhanku, andai putraku itu tidak pernah dilahirkan…
                Dan belum lagi, sang ayah menurunkan kedua tangannya, sang anak benar-benar telah mengalami kelumpuhan. Ia mengalami stroke hingga kematian menjemputnya. Wal ‘iyadzu billah.
                (Kisah Ketiga)
                Dan ini adalah tentang seorang pria yang ayahnya telah berusia lanjut. Ia membawanya dengan seekor unta ke tengah padang pasir. Lalu ayahnya bertanya padanya: “Wahai anakku, ke mana engkau akan membawaku?”
                “Aku sudah lelah dan bosan merawatmu,” jawabnya.
                “Lalu apa yang akan kau lakukan?’ Tanya ayahnya.
                “Aku ingin menyembelihmu. Aku sudah bosan denganmu, Ayah…,” jawabnya lagi.
                “Jika engkau memang ingin melakukannya, maka lakukanlah di atas batu itu,” ujar sang ayah.
                “Memang kenapa, wahai ayahku?”
                “Karena aku telah membunuh ayahku juga di atas batu itu. Maka bunuhlah aku di sana, karena kelak engkau akan mendapati salah seorang anakmu akan membunuhmu di sana pula,” jawab sang ayah.
***
                Maka takutlah pada Allah, takutlah pada Allah!
                Wahai hamba Allah, takutlah pada Allah! Kemudian periksalah apa yang telah engkau siapkan untuk hari esok. Hari esok yang telah sangat dekat. Karena boleh jadi ini akan menjadi malam terakhir…
                Mungkin engkau tak akan pernah lagi melihat waktu fajar…
                Mungkin engkau tak akan pernah lagi melihat matahari terbit…
                Mungkin engkau tak akan pernah lagi kembali menemui keluargamu…
                Mungkin bahkan engkau tak akan pernah menyempurnakan membaca kalimat-kalimat ini…
                Ia sungguh labih dekat dari kedipan mata, bahkan wahai hamba Allah, semuanya dapat hadir secara tiba-tiba. Maka takutlah kepada Allah dan berbuat beiklah kepada kedua orang tuamu… La ilaaha illallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar