Selasa, 30 Oktober 2012

NAYRIS DAJA BUNUH DIRI!


Apa yang akan kita katakana esok terhadap kelalaian kita dalam berdakwah?


                Jeff, masuk menemui rector universitas tempat dimana ia belajar. Rector sengaja memanggilnya untuk memberikan uncapan selamat atas keberhasilannya mencapai gelar megister dengan nilai summa cum laude. Bukan hanya karena itu, tetapi ucapan selamat itu diberikan kepadanya karena ia menjadi mahasiswa paling muda di seluruh wilayah Amerika Serikat yang berhasil meraih gelar magister untuk bidang spesialisasi tersebut. Ini jelas sebuah pencapaian yang belum pernah dicapai sebelumnya oleh universitas tersebut. Karenanya mereka sangat bangga dengan apa yang dicapai oleh Jeff.
                Setelah selesai pertemua itu dan dengan membawa janji dari rector untuk merayakan
keberhasilannya dalam wisuda akhir tahun akademik, Jeff melangkah keluar dari kantor rector yang sedari tadi memperhatikan kagalauan di wajahnya…
                Dan pada waktu yang telah ditentukan, acara wisuda itupun dilaksanakan. Jeff hadir lengkap denghan semua atribut dan seragam wisudanya. Ia duduk di tempat yang telah disiapkan khusus untuknya. Berulang kali ia mendengarkan namanya disebut melalui pengeras suara dengan segala pujian dan sanjungan atas apa yang telah ia capai. Kemudian ia diundang untuk naik ke panggung utama untuk meneriam ijazahnya di tengah gemuruh tepuk tangan keluarga dan kawan-kawannya.         
                Tapi, begitu ia menerima ijazah tersebut, tiba-tiba saja ia menangis. Melihat itu, pak Rektor dengan niat bercanda mengatakan: “Engkau menangis karena begitu gembira dengan penghargaan ini?”
                “Tidak, aku menangis karena nasibku yang begitu malang ini,” jawabnya.
                “Mengapa anakku?” Tanya Pak Rektor penuh keheranan. “Bukankah seharusnya engkau gembira hari ini, khususnya datik ini?”
                “Dulu aku gembira bahwa aku akan bahagia dengan keberhasilan ini. Tapi aku merasa belum pernah melakukan apapun demi membahagiakan diriku sendiri. Aku merasa begitu galau. Bukan ijazah dan gelar akademik atau perayaan ini yang membuatku bahagia…,” ujarnya.
                Jeff kemudian mengambil ijazahnya lalu meninggalkan tempat itu di tangah kebingungan hadirin. Ia tidak tinggal hingga acara itu selesai. Ia tidak menunggu hingga satu per satu kawan dan kerabatnya mengucapkan selamat untuknya…
                Jeff pulang ke rumahnya. Ia memegang dan membolak-balikkan ijazah yang baru saja ia terima. Ia mulai berbicara dengannya: “Apa yang harus aku lakukan denganmu? Engkau telah membuatku menjadi catatan sejarah di kampusku. Posisi penting pasti banyak yang menungguku. Media dan pandangan orang-orang akan selalu memandangku dengan penuh kekaguman. Tapi engkau tidak memberiku kebahagian yang kuimpikan. Aku ingin merasakan kebahagiaan dari dalam diriku, bukan dari semua yang ada di dunia ini; ijazah, kedudukan, harta dan popularitas. Ada hal lain yang pasti dapat membuat kita merasa bahagia. Aku sudah bosan dengan wanita, alcohol dan pesta-pesta itu. Aku menginginkan sesuatu yang lain yang dapat membuat jiwa dan hatiku bahagia. Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan?”
                Hari-hari berlalu. Jeff semakin bertambah galau dan gelisah. Ia akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya saja. Ia berpikir dan terus berpikir hingga akhirnya ia menemukan cara yang menurutnya paling baik untuk mengakhiri hidupnya, yaitu dengan menjatuhkan dirinya dari atas jembatan besar yang dikenal dengan nama Golden Gate, yang menjadi salah satu symbol peradaban Amerika.
                Jeff mengayunkan langkahnya menuju jembatan besar itu. Dan sebeum ia sampai di sana, Allah menakdirkan beberapa orang muslim yang sedang belajar di negeri itu untuk menyampaikan dakwah Islam kepadanya. Pemuda-pemuda muslim itu kebetulan tinggal di dekat jalan masuk jembatan Golden Gate itu. Coba bayangkan betapa terbatasnya mereka sehingga mereka tidak menemukan tempat tinggal kecuali sebuah kamar dengan beberapa perabotnya di bawah kapel gereja.,,
                Tapi obsesi dakwah mereka sungguh luar biasa. Obsesi untuk menjadi sebab orang-orang masuk ke dalam agama Allah. Obsesi untuk menyelamatkankemanusiaan dan mengeluarkan dari kegelapan menuju cahaya. Obsesi mereka adalah berdakwah ke jalan Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik. Mereka berusaha menjadi contoh yang baik untuk sosok muslim yang sejati. Mereka studi sambil tetap berdakwah ke jalan Allah dan tinggal di bawah gereja itu…
                Inilah yang mereka temukan dan mungkin itu lebih baik bagi mereka. Pada hari itu, mereka keluar untuk berkeliling mendakwahi orang-orang untuk masuk ke dalam Islam. Mereka mengenakan pakaian khas muslim. Wajah-wajah mereka bercahaya dengan cahay iman. Di tengah perjalanan mereka pagi itu dan tidak jauh dari pintu masuk Golden Gate, bertemulah mereka dengan sang pemuda Amerika yang galau itu…
                Dialah Jeff yang cemerlang itu. Ketika ia melihat rombongan pemuda muslim itu entah mengapa ia merasa takjub dan sedikit terkejut. Ia belum pernah melihat sepanjang hidupnya manusia dengan model yang seperti ini; penampilan dan begitu pula dengan cahaya yang berseri-seri serta daya tarik yang memikat itu. Maka ia pun mendekati mereka untuk berbicara dengan mereka.
                “Apakah boleh aku bertanya kepada kalian?” tanyanya.
                “Oh iya, silahkan,” jawab salah satu dari mereka.
                “Siapakah gerangan Anda sekalian ini? Dan mengapa kalian mengenakan seperti pakaian ini…”
                Seorang dari rombongan itupun menjawab: “Kami adalah kaum muslimin. Allah mengutus Nabi Muhammad kepada kami untuk mengeluarkan kami dan umat manusia dari kegelapan manuju cahaya, untuk memberika kebahagiannya di dunia dan Akhirat…”
                Begitu ia mendekat ia mendengarkan kalimat “kebahagiaan”, ia sedikit berteriak:
                “Kebahagiaan?! Oh, aku sedang mencari kebahagiaan, apakah kalian mempunyainya…”
                “Agama kami yang lurus ini adalah agama kebiasaan. Agama yang semua ajarannya adalah kebaikan semuanya. Semoga Allah memberimu petunjuk dan merasakan manisnya rasa bahagia…” ujar satu demi mereka.
                Ia berkata pada mereka lagi: “Aku akan pergi bersama kalian untuk mengetahui jika benar kalian memiliki kebahagiaan yang kuinginkan, kebahagiaan yang hakiki. Tadi sebenarnya aku sudah berniat untuk bunuh diri. Aku hamper saja menjatuhkan diriku dari atas jembatan ini dan menuntaskan hidupku karena aku belum mendapatkan kebahagiaan itu baik pada harta, nafsu syahwat, maupun ijazah yang telah kuperoleh.
                Mereka mengatakan padanya: “Kalau begitu ikutlah bersama kami agar kami dapat mengajariu agama Allah, mudah-mudahan Allah melemparkan keimanan dalam hatimu, serta merasakan kelezatan ibadah agar dapat mengenali kebahagiaan itu. Karena sesungguhnya Allah itu Mahakuasa atas segala sesuatu…”
                Jeff pun beranjak bersama kumpulan pemuda muslim yang berdakwah itu. Mereka pun tiba di kamar di mana mereka tinggal yang telah diubah menjadi sebuah mushalla. Mereka pun ulai menawarkan Islam kepada Jeff; hakikat dan keistimewaannya…
                “Kalau begitu ini adalah agama yang baik. Demi Allah aku tidak akan menunda lagi untuk masuk ke dalam agama kalian,” ujarnya.
                Jeff mengumumkan keislamannya. Para pemuda muslim itupun segera saja mengajarkannya tentang Islam lebih jauh. Dia sendiri kemudian mulai mengerjakan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim. Ia juga mengenakan pakaian khas muslim. Kini ia merasa telah menemukan apa yang ia cari selama ini. Ia telah menemukan kebahagiaan yang dicarinya di dalam Islam, dalam kecintaan pada Allah dan RasulNya…
                Yang lebih membuatnya bahagia lagi adalah kini ia telah menjadi seorang da’I pula yang berdakwah ke jalan Allah di Amerika. Ia mengganti namanya menjadi Ja’far; seperti yang kita ketahui dalam kitab-kitab sejarah islam, bahwa Rasulullah telah menjadikan saudara sepupunya, Ja’far bin Abi Thalib bahwa kelak ia akan mempunyai dua sayap di dalam Surga. Sedangkan Ja’far dari Amerika ini, tidak terlukiskan betapa besarnya kegembiraan dan kebahagiaan setelah memeluk Islam. Ia telah mewakafkan diri, kehidupan, harta dan upayanya untuk menyebarkan Islam di Amerika.
                Demikianlah, dan sekarang kita telah mengetahui kisah Ja’far alias Jeff yang menemukan kebahagiaannya di dalam agama Allah, dalam keteguhannya memegang ajaran-ajaran Allah dan Sunnah NabiNya, Muhammad.
                Lalu mengapa kebanyakan kaum muslimin masih meyakini bahwa mereka tidak akan meraih kebahagiaan kecuali dengan meniru-niru kaum Yahudi dan Nasrani; dalam cara makan, pakaian, munim, dan pergaulan??
                Demi Allah, sesungguhnya kebahagiaan terbesar itu adalah jika seseorang manusia beriman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya, hari Akhir dan takdir yang baik maupun yang buruk.
                Puncak dari segala kebahagiaan adalah ketika Allah dan RasulNya lebih dicintai daripada anak, orang tua, harta, dan jiwa,
                Puncak segala kebahagiaan adalah ketika menusia menyeru ke jalan Allah, bersungguh-sungguh dan berkorban untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan manuju cahaya, menyampaikan petunjuk yang dapat menuntun mereka ke jalan petunjuk.
                Puncak segala kebahagiaan itu adalah dalam munajat kepada Allah di sepertiga akhir malam.
                Puncak kebahagiaan itu ada ketika mengusap kepala anak yatim, menyambung silaturahmi, memberikan makan kepada orang lain, menyebarkan salam dan shalat malam ketika manusia terlelap.
                Puncak segala kebahagiaan itu ada ketika engkau berbakti pada kedua orang tuamu, berbuat baik kepada kerabat dan tetangga, dengan tersenyum kepada saudara dan bersedekah dengan tangan kanan hingga tangan kiri tidak mengetahuinya.
                Ini adalah kebahagiaan di dunia, lalu bagaimana dengan kebahagiaan Akhirat…
                Jeff masuk ke dalam Islam karena ia menyaksikan pemuda-pemuda yang berpegang taguh pada agama mereka dan mengajak manusia untuk menuju Allah di bumi non muslim…
                Demi Allah, andai kita ikhlas karena Allah dan bertekad hanya karenaNya, lalu bersungguh-sungguh untuk menyampaikan agama ini, maka pasti kita akan sampai ke seluruh dunia. Namun kita hanya diam dan takud berdakwah di jalan Allah…
                Meninggalkan dakwah di jalan Allah adalah perkara yang paling berbahaya yang akan mengakibatkan kehinaan, kerendahan dan jauh dari Allah.
                Apa yang akan kita katakana esok terhadap kelalaian kita dalam berdakwah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar