Selasa, 30 Oktober 2012

BALASAN BAKTI PADA ORANG TUA


“ Aku meletakkan tanganku di tubuhnya, namun aku menemukan ia telah meninggalkan dunia ini”

              
                Rumah kami akan segera berubah. Aku merasa bahwa Surga akan hadir di rumah kami dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia pun tiba di rumah kami bagai seorang mempelaiwanita yang dihantarkan ke dalam rumah kami. Dan begitu ia menginjakkan kakinya di rumah kami, kami segera bekerja bahu-membahu. Aku dan ibuku serta semua yang ada di rumah berkhidmat kepadanya, bahkan rela tidak tidur untuk menjaganya. Ibuku membacakan surat kabar untuknya agar ia tetap dapat mengikuti berita, karena memang ia menyukai hal itu. Sementara aku memberinya makan dan menyiapkan obat yang harus diminumnya…
                Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu. Dan suatu hari, nenekku itu mengalami penyumbatan di
jantungnya. Ia segera kami bawa ke rumah sakit. Dan di sana aku menyaksikan sebuah pemandangan yang jarang sekali kusaksikan. Ketika masker oksigen dipasangkan di wajahnya, kulihat ia mengangkat jari telunjuknya untuk bertasbih dan berdzikir kepada Allah.
                Beberapa hari kemudian, ia pun keluar dari rumah sakit. Yah, sudah lebih dari 30 tahun lamanya, nenekku benar-benar menjaga puasa putih (ayyam al-bidh) di setiap bulannya. Begitu juga dengan puasa-puasa sunnah lainnya. Dan hari itu, bertepatan dengan puasa Asyura, dan ia tetap berpuasa meskipun harus melanggar perintah dokter yang mengharuskannya untuk meminum obat dengan disiplin, karena keterlambatan mengonsumsinya akan berpengaruh pada jantungnya…
                Maka setelah shalat Isya, aku sengaja menjenguknya di kamarnya. Aku ingin memberinya hadiah sejumlah uang dalam rangka kelulusanku dari universitas. Ia tertawa lalu mendoakanku dengan doa ini:
                “Semoga Allah memberimu taufiq. Semoga Allah menjaga dan membimbingmu…”
                Di dalam kamarnya itu, aku pun mengingatkannya untuk tidak berpuasa sesuai perintah dokter. Ia berjanji untuk mempertimbangkannya. Aku pun pergi ke kamarku untuk tidur malam. Dan belum lagi aku mendengarakan kumandang adzan Shubuh, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara ketukan yang sangat keras di pintu kamarku. Ternyata pembantu rumah kami! Ia mengabari bahwa nenekku terjatuh ke lantai. Aku segera berlari ke kamarnya. Dan aku temukan ia terlentang di lantai, wajahnya menghadapa ke arah kiblat, sementara tangan kanannya di atas tangan kirinya persis seperti orang yang sedang mengarjakan shalat. Ia belum meminum obatnya!.
                Aku meletakkan tanganku di tubuhnya, namun aku menemukan ia telah meninggalkan dunia ini. Ia telah menyerahkan ruhnya kepada Allah dalam keadaan berpuasa…
                Tiga bulan sudah kematian nenekku berlalu. Dan hari ini aku harus memasukkan berkas-berkasku ke Kementrian Pendidikan untuk melengkapi pengangkatanku sebagai guru di sebuah sekolah yang tidak jauh dari rumah kami.
                Kepala bagian di kantor itu meminta sekretarisnya untuk membawakan data-data guru yang ada di semua sekolah. Ternyata ia menemukan bahwa sekolah-sekolah lain masih membutuhkan guru-guru kacuali sekolah yang aku inginkan itu. Jumlah guru di sekolah itu sudah mencukupi. Tentu saja aku bersedih dengan itu. Tapi pak kepala bagian itu mengatakan: “Tidak usah sedih! Datanglah kembali hari sabtu depan, siapa tahu Allah menakdirkan lain…”
                Insya Allah, pak,” jawabku.
                Dua hari berlalu bagai dua bulan. Aku menunggu tibanya hari Sabtu bagai penantian yan panjang. Hari ini hari Jum’at. Malam harinya –malam sabtu- aku tertidur. Di dalam mimpiku aku melihat nenekku datang mengunjungiku dan menanyakan kabarku. Ia juga menegurku karena lama sekali baru melihatku lagi. Maka dalam mimpi itu aku katakan kepadanya:
                “Maklumlah Nek, aku banyak sekali kesibukan.”
                Maka ia pun mengatakan: “Semoga Allah memberimu taufiq, semoga Allah menjada dan membimbingmu, Nak…”
                Itu adalah doa yang sama dengan dulu pernah ia ucapkan untukku lima jam sebelum ia meninggal dunia.
                Aku terbangun dari tidurku. Kuharap tu adalah mimpi pembawa kabar gembira. Pagi harinya, aku segera mendatangi kepala bagian itu dan menanyakan apakah ada perkembangan baru? Namun ia menjawab: “Sepertinya tidak ada. Tapi coba kita lihat kembali dokumen-dokumen kemarin itu.”
                Ia pun segera memanggil sekretarisnya untuk membawa dokumen-dokumen tersebut. Dan begitu ia membuka dokumen tersebut, ia menemukan suatu hal yang aneh…
                Sekarang data yang ada menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang beberapa hari lalu masih membutuhkan guru, hari ini tidak lagi membutuhkannya. Sementara sekolah yang kemarin sudah tidak membutuhkan, hari ini ternyata membutuhkan satu orang guru. Pak kepala bagian itu pun memarahi sekretarisnya dan mengatakan itu sebagai kesalahan. Yah, aku pun keluar dari ruangannya dengan memuji Allah atas karunianya membukakan pintu yang tertutup untukku.
                Sesungguhnya urusanNya itu jika Ia menghendaki sesuatu, maka ia akan mengatakan: ‘Jadilah’, maka jadilah ia.” (QS. Yasin: 82).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar