Rabu, 04 April 2012

AKU TELAH MEMBUNUH SAUDARAKU


Ternyata sang pencuri dan pembunuh itu adalah Sami. Korbannya adalah ibu dan sudaranya sendiri

                Sami akhirnya menyelesaikan ujian akhir tahun pertamanya di SMP dengan nilai yang cemerlang. Dan sebelum ia mengetahui nilai ujiannya, ia telah menanyakan kepada ayahnya: “Apa hadiah yang akan Ayah berikan jika aku lulus tahun ini?”
                Ayahnya degan penuh bahagia menjawabnya: “Jika engkau bisa membuktikan kelulusanmu tahun ini, maka Ayah akan menyetujui engkau untuk ikut dengan pamanmu ke Ethiopia untuk menghabiskan
liburan musim panasmu di sana.”
                Sami adalah anak paling tua di antara semua saudaranya. Ia dilahirkan oleh ibunya setelah penantian yang lama. Ia tumbuh besar di tengah kedua orang tuanya sebagai anak yang disayang dan juga patuh. Semua berusaha mengikuti membahagiakannya dan memberikan permintaannya serta membuatnya gembira.
                Malam itu, Sami tidak bisa tidur karena hatinya begitu gembira. Mimpi-mimpi indah menghiasi khayalannya dan pikiran kanak-kanaknya yang polos. Bagaimana tidak? Ia akan bepergian untuk pertama kalinya ke Ethiopia, dan akan menghabiskan tiga bulan lamanya selama liburan sekolah, dan ia akan menikmati banyak hal baru.
                Pada hari ketiga setelah ujian berakhir, Sami keluar ditemani ayahnya ke sekolah untuk mengambil rapor hasil ujiannya.
                Bebrapa manit Sami menghilang masuk ke sekolahnya. Sementara ayahnya menunggu di mobil. Tidak lama kemudian ia kembali dengan membawa rapor di tangannya. Tanda-tanda kegembiraan nampak di wajahnya yang polos. Kepada ayahnya ia mengatakan: “Ayah, kabar gembira! Aku menduduki rangking kedua di antara semua temanku.”
                Sebuah senyuman lebar tersungging di wajah ayahnya. Kegembiraan nampak jelas di kedua matanya. Ayahnya memeluknya dengan rasa bangga dan bahagia, lalu berkata: “Selamat anakku! Alhamdulillah, atas taufiq Allah padamu…”
                Dan akhirnya tibalah waktunya perjalanan itu. Sami mengucapkan selamat tinggal kepada kedua orang tuanya. Hatinya benar-benar bahagia dan gembira. Di pesawat yang ditumpangi untuk yang pertama kalinya Sami melihat sebuah suasana dan kesenangan baru yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Kenikmatan yang bercampur rasa takut dan senang; terutama ia mendengarkan roda pesawat lepas landas dari landasan airport untuk kemudian terbang bebas melintasi langit luas.
                Semua yang ia saksikan dan dengarkan benar-benar hal baru baginya. Sesuatu yang asing yang sebelumnya belum pernah ia alami…
                Di Ethiopia, Sami dengan ditemani pamannya menyaksikan sebuah dunia baru lagi. Di sana ia mengalami beberapa pengalaman yang luar biasa. Menyaksikan hal-hal yang tidak ia saksikan sebelumnya…
                Namun dari waktu ke waktu ia memperhatikan bahwa di waktu-waktu tertentu bahwa pamannya mengalami sebuah kondisi yang aneh. Tubuhnya terlihat lemah dan keseimbangannya terkadang hilang. Ia terlihat seperti orang yang senang dan terkadang tertawa-tawa. Terkadang pula ia menggumamkan ucapan yang tidak dapat dipahami…
                Sami diam-diam secara rahasi mengetahui apa sebenarnya perilaku dan tingkah laku pamannya. Pamannya ternyata kecanduan minuman keras…
                Mengetahui hal itu, dank arena rasa ingin tahunya begitu besar, ia mengatakan pada dirinya sendiri: “Aku ingin mencoba melakukan seperti itu. Aku akan melihat apa yang terjadi padaku, apa yang dirasakan pamanku itu dan bagaimana ia menjadi bahagia…”
                Maka untuk pertama kalinya, Sami meminum minuman keras itu. Pada mulanya ia tidak begitu menyukainya. Tapi karena ia melihat pamannya dan keinginannya untuk meniru apa yang dilakukan oleh pamannya, mendorongnya untuk mencoba sekali, dua kali, tiga kali, hingga akhirnya ia terbiasa dengan minuman itu. Akhirnya ia menjadi seorang pecandu minuman keras padahal umurnya balum lagi melewati 13 tahun…
                Masa liburan itupun selesai, dan dengan ditemani oleh pamannya, Sami pun kembali ke Jeddah. Sejak itu, pikirannya sepenuhnya diliputi oleh bagaimana bisa mendapatkan minuman keras dan meminumnya. Namun ia tidak dapat memperolehnya dengan mudah…
                Namun akhirnya, ia memutuskan bahwa berhenti meminumnya adalah satu-satunya jalan keluar, demi untuk menjada diri dan masa depannya, terutama karena masih kecil. Apalagi perbuatan itu adalah perbuatan yang buruk yang diancam oleh Allah pelakunya.
                Sami akhirnya kembali dalam kehidupan asalnya. Ia pun melupakan minuman keras. Hingga berlalu tiga tahun tanpa ia pernah berpikir untuk meminumnya.
                Pada akhir tahun keempat, keluarganya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke luar negeri untuk menghabiskan waktu liburan musim panas di salah satu Negara Eropa. Dan di sana, di nergara itu, keinginan kuat yang tersembunyi di dalam dirinya untuk meminum khamr muncul kembali. Kenangan saat berada di Ethiopia kembali muncul kembali. Setan datang menggodanya untuk meminum minuman keras. Sami memanfaatkan kesempatan saat keluarganya keluar atau di saat mereka tidur untuk meminum minuman keras itu dengan sembunyi-sembunyi…
                Kondisi it uterus berlangsung hingga akhirnya ia kembali mangalami kecanduan minuman keras. Minuman itu kini seperti air yang tidak mungkin pasti selalu dibutuhkannya…
                Pada suatu malam, Sami keluar bersama Fauzi, saudara sepupunya, untuk melewati waktu malam di salah satu klub malam Eropa. Mereka berdua duduk di sana sambil meminum alcohol setelah memakan makanan yang mereka inginkan sambil menikmati music yang hingar-bingar…
                Dan ketika mereka berdua dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Fauzi mengeluarkan sebuah kantong hitam kacil lalu mulai mengisapnya dengan tenang dan penuh kenikmatan. Ia seperti mencium seorang bayi yang menyusui. Ia kemudian bergoyang miring kanan-miring kiri…
                Sami iseng-iseng bertanya padanya: Apa itu? Kenapa engkau bertingkah seperti itu?”
                Sambil tertawa Fauzi menjawab: “Apakah kau tidak tahu apa ini? Ini adalah morfin hitam. Ini adalah puncak kenikmatan yang luar biasa…”
                “Apa masuk akal benda seperti itu bisa melakukan hal yang seperti itu?” Tanya Sami.
                “Apa yang kukatakan itu adalah benar. Kalau kau ingin membuktikannya, cobalah barang ini. Ambil dan cobalah!” ujar Fauzi.
                Ia menjulurkan tangannya kepada Sami menawarkan morfin hitam itu. Sami mengambil morfin itu dan mulai mengisapnya. Dan bersama benda itu, ia pun berpindah ke dunia lain yang dipenuhi tipuan dan khayalan…
                Sami sebelumnya tidak pernah tahu bahwa dengan morfin itu kematian akan mengetuk pintunya setiap hari. Mengancam masa depan dan kesehatannya…
                Tidak butuh lama hingga akhirny Sami menjadi seorang pecandu morfin. Hidupnya benar-benar berubah. Kesehatannya semakin memburuk. Pikirannya semakin kacau karenanya. Uangnya habis dan habis bagitu saja untuk memenuhi kecanduannya…
                Ketika akhirnya Sami barhasil menyelesaikan studinya dan berhasil mendapatkan pekerjaan, ia mulai merasa tidak suka bergaul dengan orang-orang. Ia merasa bahwa semua orang mengetahui rahasaianya, dan bahwa tidak ada seorang pun yang mau mempercayainya lagi. Badannya begitu rapuh. Delapan belas tahun berlalu dan ia menjadi tawanan morfin hitam itu, meskipun ia telah berpindah-pindah jabatan dengan gaji yang labih besar yang sangat membantunya untuk membeli barang haram itu. Dan yang pasti, masalahnya semakin banyak terutama dengan keluarganya.
                Dari dalam hatinya, Sami merasa bahwa ia seperti buih yang tenggelam lenyap di lautan yang tak bertepi, dan ia tidak mungkin lagi selamat…
                Sami bertekad untuk menyampaikan rahasia itu kepada salah seorang sahabat dekatnya, siapa tahu ia bisa menemukan jalan keluar untuk membebaskan diri dari Neraka itu…
                Akhirnya ia benar-benar mendatangi sahabat lamanya itu. Sang kawan menyambutnya dengan sangat gembira dan menyalahkannya kenapa baru kali ini ia berkunjung…
                Sami kemudian menceritakan semua yang dialaminya akibat morfin beracun itu. Ia meminta tolong agar sahabatnya untuk dapat membeli heroin. Ia tidak bisa lagi menahan diri untuk bersabar…
                Sami mengendap diam-diam masuk ke dalam kamar ibunya. Ia membuka laci lemarinya. Ia mengambil beberapa perhiasan untuk dijual dan digunakan untuk membeli heroin..
                Sang ibu terbangun karena mendengarkan lacinya dibuka, ia melihat sebuah bayangan bergerak. Maka ia pun berteriak dengan sekeras-kerasnya:
                “Pencuri! Pencuri!”
                Sami mendekati ibunya dengan wajah yang tertutup. Ia membekap mulut sang ibu yang suci dengan tangannya yang dipenuhi dengan dosa, kemudian ia melemparnya ke lantai. Sang ibu terhantam ke lantai tidak sadarkan diri. Sami memutuskan untuk lari keluar kamar…
                Pada saat itulah. Adiknya keluar dari kamarnya karena mendengarkan suara teriakan ibunya. Ia melihat bayangan pencuri itu lalu mengikutinya hingga akhirnya berhasil menangkapnya. Dan benar saja, ia menangkapnya, lalu mereka berdua terlibat dalam sebuah perkelahian hebat…
                Itu menjadi saat-saat yang sulit. Pemandangannya sangat pahit dan rumit. Kedok Sami akan terbongkar jika adiknya berhasil menangkapnya. Akhirnya Sami menikam saudaranya itu dengan sebuah pisau. Ia menusuk dadanya agar dapat selamat dari kejahatan ini, untuk kemudian melarikan diri membawa perhiasan itu.
                Sebuah mobil polisi berjalan mendekati rumah itu. Hanya sebuah pemeriksaan rutin. Tapi polisi memperhatikan sesuatu ketika ia bergegas keluar dari rumahnya terburu-buru. Ia hampir saja jatuh, sementara di tangannya ada sebuah kotak besar. Polisi mengira itu adalah pencuri, maka mereka pun berhasil menangkapnya.
                Adik Sami akhirnya dibawa ke rumah sakit. Namun ia akhirnya meninggal dunia di perjalan akibat tikaman-tikaman keji yang diterima tubuhnya. Padahal ia adalah orang yang paling dekat dengan Sami. Selama ini, ia selalu makan, munim, tidur dan tertawa bersama. Apakah ini masuk akal?
                Ketika laporan pemeriksaan dibuka, sebuah fakta yang pahit dan mengejutkan pun terungkap. Ternyata sang pencuri dan pembunuh itu adalah Sami. Korbannya adalah ibu dan saudaranya sendiri. Rumah yang menjadi korban adalah rumah mereka sendiri…
                Sang ibu tidak kuasa menanggung kenyataan yang mengejutkan itu. Ia jatuh sakit dan terus menangis di tempat tidurnya. Air mata kekecewaan, penyesalan dan rasa sakit di saat yang sama terhadap putranya yang selama ini dibanggakan. Kini masa depan dunianya telah hilang. Dalam pandangan orang, ia telah menjadi seorang anak durhaka dan penjahat keji…
                Sami hanya bisa menangis, menyesali masa lalunya. Ia telah kehilangan segalanya karena narkoba. Ia kehilangan agamanya, pekerjaannya, dan kesehatannya. Ia telah kehilangan keluarganya, membunuh saudaranya, dan memperburuk citra dirinya sendiri.
                Sami dipindahkan ke rumah sakit untuk mengobati ketergantungannya. Namun demikian, ia akan selalu ingat bahwa dirinyalah yang membunuh adiknya. Ia benar-benar menghancurkan seluruh hidupnya karena narkoba.
                Maka ambillan pelajaran dari itu semua…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar