Minggu, 01 April 2012

WANITA DI DETIK-DETIK TERAKHIRNYA


Apa yang harus kami lakukan terhadap sang bibi yang darahnya masih mengalir dan nafasnya masih ada

                Kisah ini mungkin lebih mirip kisah khayalan daripada kisah nyata…
                Ketika itu, aku sedang duduk di kantorku seusai menunaikan shalat Isya di salah satu malam yang panjang di musim dingin yang panjang di wilayah barat laut Amerika Serikat, pada bulan Syawal tahun 1419 H.
                Di kota Ugyne ketika aku sedang menjadi mahasiswa di Universitas Oregon, aku melewati waktu sore dengan larut tenggelam salam pelajaranku. Ketenangan menyelimuti. Kebisuan merayapi sekelilingku,
kecuali suara putri kecilku yang sedang bermain, ditambah suara rintik hujan. Meski hanya itu yang menemaniku, namun semuanya membangkitkan sebuah semangat baru dalam diriku…
                Dan ketika aku larut dalam semua itu, tiba-tiba sebuah suara dering telepon memecahkan saat-saat penuh ketenangan itu. Ternyata itu adalah saudaraku seiman dari Aljazair bernama Syakib.
                Setelah mengucakan salam, ia mengabarkan kepadaku sebuah peristiwa yang benar-benar aneh, namun membahagiakan pada saat yang sama! Istrinya, seorang muslimah Amerika yang bernama Karimah, mempunyai seorang bibi yang beragama Kristen. Sang bibi itu dibawa ke Rumah Sakit Secret Heart yang berjarak sekitar tiga menit dari rumahku. Dan setelah pemeriksaan medis yang dilakukan padanya, para dokter tidak dapat menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi. Wanita tua itu sudah tidak ada harapan lagi. Ia pasti tidak lama lagi akan meninggalkan dunia ini. Hanya tersisa satu atau dua jam, lebih sedikit atau bahkan kurang dari itu. Hanya Allah jua yang mengetahuinya…
                Ia kemudian menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan istrinya, sementara aku benar-benar terhenyak mendengarkan getaran-getaran suaranya, hingga aku seakan mendengarkan degupan-degupan jantungnya. Ia mengatakan padaku:
                “Aku telah berbicara dengan istriku tentang kondisi bibinya. Kamu telah bermusyawarah untuk menjalankan usaha terakhir untuk mengajaknya kepada Islam, meski usianya hanya tinggal sejam lagi, yang penting nyawanya belum sampai ke tenggorokan…”
                Ia lalu melanjutkan ceritanya:”Aku pun meminta tolong pada Allah. Aku shalat dua rakaat, dan di dalam sujudku aku memohon kepada Allah agar memberinya hidayah serta melapangkan dadanya untuk menerima agama petunjuk dan kebenaran ini. Karena aku tahu bahwa saat sujud adalah saat di mana hamba begitu dekat dengan Tuhannya…”
                Kemudian Karimah segera mendatanginya di rumah sakit. Ia kemudian menawarkan Islam kepadanya dan bahwa Islam akan menghapus semua dosa yang telah lakukan sebelumnya dan bahwa Allah akan mengampuni usianya yang telah lalu. Dan itu semua hanya dengan mengucapkan: ‘Asyahdu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadarrasululla’ dengan penuh ketulusan dari hatinya. Hanya saja, karena ia telah kehilangan kemampuannya untuk berbicara, maka dengan lembut, Karimah memintanya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat itu dalam hatinya, dan jika ia telah mengucapkannya agar ia mengangkat tangannya sebagai tanda atas hal itu.
                Dan setelah ia menjelaskan makna kalimat itu dengan baha inggris, ia berkata kepada sang bibi: ‘Bibi, ucapkanlah dengan hatimu: Asyahadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah…” yang terjadi kemudian adalah detik-detik yang menegangkan bagi Karimah. Betapa besar harapannya agar sang bibi selamat dari Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Dan seiring dengan debar-debar jantungnya yang berdegup kencang melewati detik-detik waktu yang berjalan sangat lambat. Namun semuanya seketika lenyap oleh gerakan tangan wanita tua itu mengangkat tangannya lebih tinggi dari yang ia mampu untuk mengangkat sebelumnya dan ia tersenyum sebagai pertanda kerelaan dan penerimaannya terhadap agama Islam.
                Karimah begitu bahagia dan gembira. Di puncak kegembiraannya, ia terus memberikan kabar gembira dan membacakan surah Yasin kepadanya. Sementara di bibir wanita itu terus saja tersungging senyuman kebahagiaan mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an; senyuman yang menunjukkan puncak kerelaannya terhadap ayat-ayat itu.
                Dan tiba-tiba seorang perawat Amerika yang menyaksikan peristiwa itu tanpa diketahui dan disadari oleh siapapun maju mendekat dan menawarkan bantuannya untuk menjadi saksi resmi atas keislaman sang bibi, jika memang itu dibutuhkan. Pastilah hanya Allah yang membuatnya berbicara.
                La ilaha illallah! Dan sekarang, sahabatku Syakib bertanya kepadaku: “Apa yang harus kami lakukan terhadap sang bibi yang darahnya masih mengalir dan nafasnya masih ada itu.”
                Maka aku mengatakan padanya: “Bagaimanapun juga, dengan semua yang Nampak pada kita, ia telah menjadi saudari kita seislam. Mengenai bagaimana hatinya, itu sepenuhnya kita serahkan kepada Allah. “Aku mengucapkan itu dalam keadaan hatiku benar-benar diliputi kegembiraan atas keislaman wanita itu, di saat-saat ia mengalami sakit yang para dokter pun telah putus asa atas kesembuhannya.
                Kepada saudaraku itu kuingatkan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, ia berkata: Rasulullah bersabda:
                “Sesungguhnya seorang dari kalian itu akan dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari, kemudian ia menjadi ‘alaqah selama itu pula, lalu ia menjadi mudhghah selama itu pula. Kemudian Allah akan mengutus Malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh, lalu ia diperintahkan untuk menuliskan empat hak; menuliskan rezkinya, ajalnya, amalnya dan sengsara atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah selain ia, sungguh seorang dari kalian itu mengerjakan amal ahli Surga, hingga ketika ia dan Surga tinggal sehasta saja, namun catatan itu telah ditetapkan lebih dulu, sehingga ia pun mengakhiri hidupnya dengan mengerjakan amalan ahli Neraka dan masuk ke dalamnya. Dan sungguh seorang dari kalian itu mengerjakan amalan ahli Neraka, hingga ketika antara ia dan Neraka tinggal sehasta, namun catatan itu telah ditetapkan lebih dulu, sehingga ia mengakhiri (hidupnya) dengan amalan ahli Surga hingga ia pun masuk ke dalamnya.” (HR. Muslim)
                Kemudian aku meletakkan gagang teepon itu. Aku terpekur sejenak. Kuletakkan tanganku di pipiku, hingga aku tak menyadari diriku tiba-tiba saja larut dalam tangis kegembiraan. Dan begitu pula keadaan orang-orang di sekelilingku saat kuceritakan peristiwa ini kepada mereka. Saat-saat itu menjadi saat-saat penuh tangis dan pujian kelada Allah, yang telah berkenan memberikan hidayah kepada wanita itu.
                Adapun sahabat Ajazairku itu, ketika aku bertemu dengannya suatu waktu di masjid mengatakan padaku, bahwa setiap kali kilasan peristiwa itu tergambar di benaknya, entah mengapa ia tiba-tiba saja merasakan sebuah perasaan dahsyat yang asing dalam dirinya. Ia merasa tubuhnya merinding begitu saja. Dan bila sudah demikian, tidak ada hal yang paling ingin ia lakukan kecuali hasrat untuk terus menambah shalatnya, memperpanjang sujud dan berdiam lebih lama di dalam masjid.
                Tapi bersabarlah sedikit. Kisah ini belum lagi berakhir, sebab di malam ketika wanita tua itu mengikrarkan keislamannya –tidak lama setelah sahabatku itu berbicara via telepon-, aku katakana padanya bahwa wanita itu berkewajiban menunaikan shalat Maghrib dan Isya pertamanya, meski hanya dengan sekadar menggunaka isyarat. Namun ternyata ajal yang telah ditakdirkan untuknya telah mendahului semua itu. Ia menyerahkan ruhnya sepenuhnya  kepada Sang Penciptanya. Ia telah ridha menjadikan Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai nabi serta utusanNya. Meski ia belum sempat mengerjakan satu shalat pun dalam hidupnya.
                Duhai Allah, kami mohon padaMu agar Engkau mengasihi dan menerimanya dengan sebaik-baiknya. Duhai Allah, sungguh kami meminta padaMu karunia husnul khatimah, wahai Yang Maha Merahmati hamba-hambaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar